Halaman

Senin, 18 Juni 2012

"Ketotol...."

Si Budi (tengah)

Pagi-pagi di kantor sudah disuguhi cerita memilukan temanku. Setelah tak timbang-timbang cocoknya mungkin pake judul KETOTOL (sejenis keblondrok dalam bahasa jawa ). NAH bagi yang belum paham tentang istilah kampung ku “ketotol”, beginilah ceritanya:

Hari sabtu kemaren temanku pergi mendaki Gunung Ungaran, (Bandungan Semarang). Sebenarnya itu adalah acaranya teman – teman sekantornya Mas Agus, saya sebenarnya mau ikut, tapi berhubung ada ponak an yang mantenan jadi harus membatalkan acara tersebut.

Awal perencanaan menurut temanku Si Budi dari gua Batu (si pencerita) sebenarnya dia adalah sebagai guide, karena Si Budi ini akhir-akhir ini menjadi cukup berpengalaman dalam acara oyak -oyak an akeh – akehan muncak gunung, yang diselenggarakan oleh kami berdua bertempat di hati masing – masing. Nah karena kemaren orangnya sedikit, (karena saya tidak ikut) maka teman ku Si Budi mengajak teman kampus nya (2 Orang) dan konco dolan (1 Orang).

Pendakian pun dimulai, berangkat sabtu sora (entah jam berapa), menggunakan Pick Up sewaan bos e kantor Mas Agus, berangkatlah mereka dari markas Argapala di Kesatrian Jatingaleh Semarang, menuju base camp gunung Ungaran (Mawar. Sidomukti, Jimbaran). Mengalami proses registrasi dengan agak mangkel (karena memang setahu saya para penjaga base camp ini tidak ramah sama sekali, itulah satu – satunya alasan kenapa saya malas kalo muncak gunung Ungaran).

Setelah istirahat mulai start dari base camp agak malam (Gunung Ungaran tidak terlalu tinggi sekitar 2050  Mdpl) agar tidak kedinginan kalo sampe puncak terlalu malam. Pendakian biasanya memakan waktu 4 – 7 jam, dan Gunung Ungaran biasanya sebagai ajang pendakian pemula sekaligus rekreasi. Cuma yang perlu diwaspadai di Gunung Ungaran sering terjadi badai (karena mungkin puncaknya tidak berada di atas awan melainkan pas di awan) dan puncaknya hampir selalu berkabut.

Ceritanya wong sakrombongan selesai muncak, turun gunung dengan keadaan happy on the way.. Setelah itu Mas Agus ngomong sama Si Budi (yang sebenarnya adalah adiknya) bahwa teman – temannya disuruh iuran 30 rebon buat bantu transport... Mumetlah Ndase Budi, mau narik i ora penak, kok ora ngomong ket wingi, tuwas wes ngomong gratisan.. (enak temen jaman saiki)...

Akhirnya dengan rasa Bhineklas Tunggal Eklas, Budi “ketotol” karena udah ngajak, maka dia mbayari 3 orang temannya... Wuihh... akhir yang menyedihkan, buat dia, walaupun temen – temennya asik nguya – ngguyu tanpa beban. Tapi saya akui, leadership Si Budi ini luar biasa, saya paham karena berkali – kali sudah muncak bareng Budi. Berbagai masalah pasti dapat diatasi walaupun kadang – kadang harus “Ketotol”... hahaha..

Tetap semangat Mas Bro.. Jangan takut “Ketotol” lagi kapan – kapan, karena kesuksesan selalu butuh pengorbanan.. hahaha.... MESAKKE..

7 komentar:

  1. di beberapa tempat, ketotol bermakna ketabrak subyek lain, dan ini mengarah pada kendaraa. Misalnya, kecelakaan truk itu disebabkan ketotol bus dari belakang.
    Jadi kalo cerita di atas ketotol karena terpaksa mbiayani konconya, yang ini terpaksa di tabrak dari belakang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maka dari itu mas... rasanya "agak kurang sopan" kalo ditabrak dari belakang... gak bilang - bilang lagi.. hehe

      Hapus
  2. seru juga kalau mengikuti cerita sampean mas..berpetualang bersama teman2, amat sangat menyenangkan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo "Ketotol" terus ya jadi menyedihkan... hehe..

      Hapus
  3. sek aku ngematke cerirane sek.. :D

    sak nangkep ku, ketotol ki pekewuh nek meh jaluki duit nek acarane wis rampung tur sak ngerti koncone acarane kui gratisan.. :D

    *lho?!

    BalasHapus
  4. hahahaha.. soro soro.! sayang e koe rak melu bro.!!

    BalasHapus

Sebenarnya blog ini berisi catatan bebas, yang tak berarti apa - apa, jadi jangan terlalu diambil hati. Jika ingin berkomentar mohon berkomentar secara bijak. Suwun..