Halaman

Kamis, 31 Mei 2012

Matarmaja II

Pagi - pagi buta aku terbangun, tak ada kokok ayam, hanya guncangan - guncangan kecil seperti dalam lemari yang bergoyang - goyang. Kereta kian melambat, decit rem semakin terdengar dan kemudian lenyap lagi.
......
05.00
Stasiun Madiun
Suasana berkabut disekitar stasiun, beberapa orang turun lewat depanku, beberapa lagi masuk membawa barang dagangan,  kebanyakan adalah pejual nasi pecel. Sesaat kemudian terdengar Toa bahwa Kereta siap diberangkatkan kembali. Semboyan kembali terdengar, sementara aku sibuk menawar nasi pecel yang dijajakan oleh seorang penjual, seorang wanita, agak gendut.
"Tiga ribu mas".. katanya
Kusodorkan uang enam ribu, kami membeli 2, satu buatku, satu buat Nadi, kemudian kami makan bersama, masih di depan WC yang mulai tak berbau karena hidungku sudah kebal.
Kereta api Matarmaja terus melaju, menempuh kabut di persawahan, Ngawi dan entah selanjutnya apa aku tak tahu, karena yang kulihat hanyalah deretan sawah dan ladang, sesekali hutan, sesekali pula terlihat orang - orang berhenti di pinggir kami, Membiarkan Matarmaja yang angkuh lewat.
.........
Kertosono, Kediri, Blitar, satu persatu stasiun itu telah terlewati, matahari sudah tinggi, sekitar jam 7 - 8 an, pikirku. Beberapa lama kemudian kereta berhenti lagi, sebuah stasiun kecil tertulis di papan depan stasiun "WLINGI".
Mungkin masih termasuk kabupaten Blitar. Kemudian kereta melaju lagi, kali ini melewati hutan - hutan jati.
.........
Pikiranku sedang menerawang, seperti apa wajah kota Malang yang akan aku tuju, aku ingin pergi melihat stadion Kanjuruhan, markas Arema yang terkenal itu. Tiba - tiba..... Petttt....
Aku terdiam... lamunanku buyar, kucoba tenangkan diriku yang semakin merasa ketakutan, suasana gelap. Apa yang terjadi aku tak tahu, kenapa menjadi serba gelap, hanya suara degup roda besi kereta, seiring dengan detak jantungku yang kian cepat.
Beberapa saat kian terang kembali, terlihat beberapa titik cahaya dan kemudian semakin terang. Kini aku baru mengerti, kereta baru saja memasuki terowongan. Aku kaget, juga tak tahu. Aku menoleh kekanan kekiri, masih memastikan bahwa semuanya baik - baik saja.
Sesaat kemudian pemandanganku tertambat pada genangan air yang luas, sebuah bendungankah ? tanyaku dalam hati. Terlihat 2 cerobong tinggi berwarana orange, atau mungkin cokelat, yang belakangan aku ketahui itu adalah bendungan Karangkates dari Kali Brantas. Aku semakin kagum ketika kulihat perahu - perahu kecil bertaburan di pinggir bendungan. Namun tak sempat lagi aku menikmatinya, karena kereta melaju menjauh, dan terlahang oleh hutan jati di sebelah kanan kami. Kemudian kereta masuk terowongan lagi, kali ini aku sudah tidak  kaget, hanya berharap cepat - cepat keluar dari terowongan, karena takut gelap.
............
09.00
Kereta melaju dipersawahan, satu persatu stasiun kecil dilewati, kali ini kereta lebih sering berhenti meskipun sebentar.
............
10.00
Kereta mulai masuk ke pemukiman penduduk kemudian berhenti di sebuah stasiun yang "agak" porak - poranda menurutku, sebuah tulisan kubaca di depan stasiun "MALANG KOTA LAMA". Aku tak berhenti disini, karena menurut kakak ku aku harus berhenti di stasiun Malang Kota Baru. Benar dugaanku, kereta hanya berhenti sesaat, kemudian melaju pelan, melewati sebuah rel dibawah fly over, kemudian melaju lagi dipemukiman penduduk seakan berdesakan, kemudian sebuah jembatan dan sebuah menara terlihat.
Akhirnya kereta berhenti, kami sampai di Malang KOTA BARU, disinilah persinggahan terakhir Matarmaja yang tak tidur semalaman.
...........
10.15
Kami turun dari kereta, mengikuti orang - orang didepan kami, agak bingung juga, karena kami harus melewati terowongan. Terlihat tangga naik arah kanan, kami naik ke arah kanan, sampai di atas, pemandangan biasa di stasiun, bangku - bangku peron yang berjajar.  Bedanya stasiun ini lebih bersih daripada di Poncol Semarang.
Aku duduk sebentar, sebelum melanjutkan perjalanan. menikmati secangkir kopi dan semangkuk "Nasi Rawon" yang ternyata enak dengan harga 5.000..

Rabu, 30 Mei 2012

Matarmaja I

Tahun 2008
Stasiun Poncol  Semarang 

18.45
 Terdengar tuuuuuuutt... suara semboyan (klakson) kereta api dari dalam stasiun, aku terduduk di lantai beranda stasiun bersama Nadi, temanku dari desa. Disekelilingku orang - orang melakukan hal sama, duduk di lantai, menunggu dibukanya loket kereta api yang umumnya ekonomi, seperti kami pula.
Menunggu adalah hal yang menjemukan, beberapa jam kami menunggu, tepat jam 20.30 loket kereta api jurusan Jakarta - Malang dibuka. Aku mengantri di depan  loket, bersama orang - orang yang satu jurusan.
"Malang Bu, 2"..
"52 ribu mas.."
Kusodorkan uang 50-an dan 10-an ribu, pada waktu itu harga tiket 26.000 per orang untuk jurusan Semarang - Malang, menggunakan kereta ekonomi Matarmaja.
Kemudian kami masuk ke peron stasiun, dan bertanya kepada satpam yang jaga di pintu peron.
"Matarmaja arah Malang jam berapa mas ?".. tanyaku
"Nanti jam 10 malam"..
"Baik, terimakasih.."
............
21.45
15 menit lagi kereta datang, pikirku. Kamipun bersiap - siap, membawa sebuah tas besar, dan sebuah kardus berisi emping dari Limpung.
Waktu itu aku baru lulus SMA, pertama kalinya aku naik kereta, dan pertama kalinya aku pergi ke Malang. Tujuanku adalah rumah kakak ku, dia menikah dengan orang Malang. Karena baru lulus dan aku ingin minta uang untuk masuk kuliah (pada waktu itu 1 jt karena aku ingin kuliah D1) yang katanya kakakku sudah menjadi bos rongsok (jual beli rongsok / barang bekas).
Sedangkan Nadi adalah temanku, dia sudah dewasa, sehari - harinya jualan siomay di sekolah - sekolah. Dia ingin mencari rejeki di tempat kakakku, bekerja ikut mencari rongsok di sana.
......
22.30
Aku mulai gelisah, karena belum ada pengumuman bahwa kereta Matarmaja akan datang,
"Apakah aku yang tidak dengar sampai ketinggalan kereta." pikirku cemas.
Akhirnya ku putuskan untuk bertanya kepada satpam. Hatiku sedikit lega karena katanya keretanya terlambat, mungkin pukul 00.00 katanya.
Setidaknya aku belum ketinggalan kereta, pikirku, walaupun terpaksa menunggu lama sambil ngantuk - ngantuk, aku tiduran di kursi panjang stasiun yang mulai sepi.
.......
01.00
Terdengar peringatan dari Toa stasiun bahwa Matarmaja jurusan Malang akan segera datang di jalur 3.
"Terlambat lama sekali.." pikirku.
Kamipun bersiap, melangkah ke peron 3, berdiri menunggu... Jelas suara semboyan kereta memekakan telinga, disertai dengan sorot lampu tajam mendekat ke arah kami.
Keretapun berhenti, pintunya jauh dari tempat kami berdiri, memaksa kami berlari menuju pintu kereta. Gerbong 8. Kami berdesakan masuk kereta setelah memberi jalan beberapa penumpang yang mau turun.
Di atas kereta kami mencari kalau - kalau ada kursi yang kosong. Banyak sekali kursi kosong, namun sayang dibuat tidur penumpangnya telentang, sehingga jatah buat 3 orang dipakai 1 orang. Hatiku nggondok sebenarnya, " inikah profil kereta malam kelas ekonomi" pikirku.
Mau tidak mau kami duduk di pintu, lesehan nggelar koran, yang kami beli dengan harga 1 ribu (hanya 2 lembar, koran bekas).
Bau - bau badan, disertai pesing WC yang tepat didepan kami membuat kami tak bisa tidur..
........
Tuuuuuuuuuuttttttttttttttt,,......
Kereta berangkat, mulailah aku meninggalkan kehidupan ku yang lalu. Entah apa yang akan terjadi di kehidupan ku masa datang. Aku hanya bisa merenung sambil memandangi bintang - bintang yang seakan mengucapkan selamat jalan kepadaku. Bebauan itu kian tidak terasa, karena aku mulai terbiasa. Angin malam tak sedingin di desaku, meski kereta melaju dengan kencang. Kusandarkan kepalaku di dinding - dinding kereta, sementara para penjaja makanan masih terus berlalu lalang diantara kami, sambil sesekali meneriakkan dagangan mereka....