Halaman

Rabu, 04 Juli 2012

Matarmaja V


Ilustrasi
Aku bangun jam 7 pagi, udara dingin Malang masih terasa menusuk tubuhku, tapi segera kutepis perasaan itu mengingat aku bukan dirumah sendiri, aku bergegas ke belakang, cuci muka kamudian berganti pakaian. Pakaian – pakaian itu diberikan masku untuk aku bekerja.
Ini adalah hari ketiga saat aku bekerja, seperti biasanya hari – hari lalu, pekerjaanku masihlah sama. Menyortir tutup botol kratingdaeng dan gelang – gelang tutupnya. Entah apa maksudnya aku belum paham waktu itu, hanya kata masku tutup kratingdaeng adalah aluminium, dan sayang kalau dijual bersama botol kratingdaeng yang 1 kilo harganya cuma 100 rupiah. Selama seminggu kerjaanku adalah menyortir tutup botol kratingdaeng, hingga suatu hari aku naik pangkat, yaitu menyortir plastic (atom) sesuai dengan jenis – jenisnya. Agak susah memang untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lainnya. Butuh waktu labih dari 2 minggu sampai aku mahir melakukannya.

Itulah pekerjaan pertamaku setelah aku lulus dari SMA, menata, ngepak, menyortir rongsok, ada kertas – kertas, plastic, besi, sandal atau sepatu bekas, bahkan karung – karung bekas. 3 bulan sekali aku pulang ke Jawa Tengah, kampung halamanku dimana Ibu Bapakku tinggal serta sahabat – sahabat berada. 3 bulan adalah waktu yang sangat lama saat itu kurasakan. Dengan gaji 15 ribu perhari (bersih) aku dapat mengumpulkan uang. Hingga suatu hari aku dapat membelikan kambing bapakku, meskipun kemudian harus dijual lagi.

……………
Minggu, Agustus 2008
Hari ini tidak ada yang setor ke lapak kami, entah kemana semua bakul – bakul yang biasanya setor. Tidak banyak bakul kami, Cuma 4 orang, itupun kalau berangkat semua. Sudah dua hari ini tidak ada yang setor, biasanya ada masalah dengan bosnya (kakakku).
Pengepakan sudah selesai semua, karena barang – barang cuma sedikit. Akhirnya kami putuskan (aku dan kakaku) untuk pergi “nyari”.
Sebuah sepeda motor Yamaha 70 kutumpangi obrok (keranjang) sedangkan kakakku memakai RC sewaan. Berangkatlah kami, meskipun aku tak tahu tujuannya, yang penting ngikut saja. Sampai di depan pasar kami terus mlipir menuju sebuah tempat yang tak lain dan tak bukan adalah tempat sampah pasar.

Aku agak kaget, pertama kali ini pikirku. Meski begitu aku kesampingkan rasa Maluku, mengenakan kaos lengan panjang bertuliskan “ Paskibraka Kec. Subah tahun 2006” dan celana abu – abu yang sudah sobek dengkulnya serta sepatu yang juga “nemu” di rongsokan, aku terjun ke tempat bau nan kotor itu.

Plastic – plastic putih itu kumasukkan ke dalam karung, dari ujung ke ujung ku sisir seakan tiada yang tersisa, tak jarang “software” bekas wanita ku temukan, dan tak jarang pula aku “kepleset” pampers… hehehe… mengerikan..
Setelah semua karung penuh (kalau gak salah sekitar 8 karung 1 orangnya) kami pulang. Semua itu kami bawa dalam keranjang (di cantel – cantelno) sampai dari belakang terlihat seperti sepeda kelebihan muatan. Kalau sudah seperti ini hilang lah semua rasa malu. Tak peduli di pinggir jalan yang kotor jika capek kami beristirahat. Bakso rasanya enak sekali waktu itu, walaupun harganya cuma 3 ribu…

Sesampainya dirumah, plastik-plastik itu kami jemur biar hilang kotorannya. Aturannya adalah dalam 1 karung beratnya tidak boleh lebih dari 6 kilo. Jika lebih pasti tidak diterima.

Jam 5 adalah waktu habis kerja, biasanya aku langsung mandi, kemudian duduk – duduk di ruang tamu sambil nonton tv, atau main sama angga yang masih kecil dan lucu – lucunya. Disini aku lebih sering merokok klepas – klepus…. Jadinya kelanjutan sampai sekarang.

Saat itulah aku mulai merasakan betapa menyenangkan menjadi seorang pemulung sekalipun, tak perlu risau pada aturan – aturan, bebas, karena seragamnya memang bebas.. tak perlu takut dilok no wong, yang penting jujur….

2 komentar:

Sebenarnya blog ini berisi catatan bebas, yang tak berarti apa - apa, jadi jangan terlalu diambil hati. Jika ingin berkomentar mohon berkomentar secara bijak. Suwun..